KRITERIA SEORANG ANAK MUSLIM

Posted by Unknown on Thursday, January 27, 2011

mau cerita tentang sifat-sifat yang harus kita miliki, jadi dengerin baik-baik, ya! 

1) Berbakti kepada Orang Tua
   Sifat dari seorang anak yang shaleh juga adalah seorang yang berbakti kepada orang tua. Anak shaleh adalah seorang anak yang selalu mendengarkan segala yang diperintahkan oleh orang tuanya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kita harus berbakti kepada orang tua kita, khususnya kepada ibu. Dalam surat Lukman ayat 14, "Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Mu lah aku kembali." 

 2) Jujur

   Adik-adik, apakah di antara adik-adik ada yang suka pada teman-teman yang berdusta? Tidak ada, ya… Kita pasti akan merasa kesal kalau kita dibohongi dan didustai oleh teman kita. Misalnya ada seorang teman kita yang mengajak kita belajar bersama. Karena dia adalah seorang teman, maka kita mempercayainya dan kita udah bersiap-siap. Eh ternyata, ia malah berbohong… gimana kita ngga jadi BT 'n sebal karena teman kita berbohong, padahal kita mungkin udah minta izin sama ortu kita, udah nyiapin buku-buku, dan yang lainnya. Jadi, kalo yang namanya ngebohong atau dusta ama temen, ortu, atau siapa aja itu ngga boleh, ya! Pokoknya ngga boleh titik. Di sini siapa yang suka jujur? Kejujuran itu harus kita miliki, ya! Tahu ngga kalo Rasulullah SAW itu dijuluki Al-Amin, yaitu seorang yang dapat dipercaya. Beliau dipercaya bahkan oleh orang kafir sekalipun. Tahu cerita tentang Hajar Aswad, di mana Rasulullah menjadi orang yang menyelesaikan masalah. Bayangkan… seorang anak muda menjadi seorang yang dipercaya oleh saudaranya.
   Kita harus jujur dalam perkataan dan perbuatan kita karena dengan seperti itu, kita bisa dipercaya oleh orang lain, seperti orang tua kita, teman kita, dan orang yang percaya kepada kita. Kalau kita sedang ulangan, maka kita harus mengerjakan dengan jujur, gak boleh mencontek, yakh!!
   Kita juga harus jujur kepada Allah SWT. Ada cerita tentang seorang santri yang begitu disayang oleh gurunya sampai-sampai santri-santri yang lain iri sama santri tersebut. Lalu guru itu mengetes semua santrinya dengan menyuruh semua santri itu agar menyembelih burung di mana tidak ada yang tahu tentang hal itu. Semuanya kembali setelah menyembelih burung tersebut, kecuali santri tersebut. Lalu ia ditanya oleh guru tersebut kenapa ia tidak menyembelihnya. Lalu ia menjawab bahwa bagaimana ia bisa membunuh burung tersebut kalau Allah ada di mana-mana. Nah… ini yang disebut dengan jujur kepada Allah.
   Selain itu, kita juga harus jujur kepada diri sendiri dan orang lain. Janganlah kita berbohong kepada diri sendiri. Katakanlah yang benar itu benar dan salah itu salah agar kita mendapat pahala dari Allah.


3) Kasih Sayang kepada Seorang Muslim

   Nah… sekarang kakak mau bertanya kepada adik-adik. Bisakah kita hidup sendiri? Ayo… siapa yang mau jawab?? Ya… semua pasti membutuhkan seorang teman. Karena tanpa seorang teman maka kita akan sendiri di dunia ini. Orang tua kita membimbing, mengasuh, dan membesarkan kita. Berarti kita tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
   Nah, adik-adik… coba perhatikan diri sendiri. Ternyata tidak ada anggota-anggota tubuh yang berdiri sendiri. Jari kita menempel dengan tangan kita. Bagaimana kalau tidak ada tangan kita? Trus, kita juga punya mata. Bagaimana kalau kita tidak mempunyai mata untuk melihat. Kalau kita tidak punya teman, bagaimana kita bisa belajar bersama, bermain bersama, dan bercanda bersama? Maka kita haruslah menyayangi teman kita karena tanpa teman, bagaimana kita bisa hidup di dunia yang lengang dan sepi.
   Kewajiban kita sebagai seorang teman di antaranya adalah : (1) saling membantu antarteman, artinya adik-adik harus membantu teman yang lagi dalam kesulitan. Tapi jangan membantu dalam hal yang dilarang oleh agama kita, ya! (2) kita tidak boleh menyakiti teman-teman kita. Kalau adik-adik dicubit atau diejek/dihina, gimana rasanya? Pasti rasanya tidak enakeun, sebel, dan nge-BT-in. (3) memaafkan teman kita kalau melakukan kesalahan. (4) memberi dan menjawab salam karena dengan salamnya maka kita dapat mengikatkan persaudaraan antarsaudara atau teman kita.

4) Cerdas

Apakah seorang anak yang shaleh harus cerdas? (bagaimana adik-adik?) Seorang anak muslim haruslah seorang anak yang cerdas karena dengan kecerdasan tersebut maka kita dapat berprestasi. Kalau kita berprestasi, maka siapa tidak akan bangga dengan kita karena dengan kecerdasan kita dapat dihargai oleh seseorang. Dalam ayat dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Allah akan meningkatkan derajat orang yang berilmu beberapa tingkatan.

5) Sabar

   Seorang anak muslim harus selalu sabar karena kesabaran adalah separuh dari keimanan yang kita punya. Kesabaran kita terbagi atas beberapa hal, yaitu sabar terhadap ketaatan, sabar terhadap kemaksiatan, dan sabar terhadap cobaan yang kita alami.
   Sabar terhadap ketaatan artinya kita selalu berusaha untuk selalu taat kepada Allah dalam segala keadaan yang kita rasakan. Contohnya, kalau kita lagi bosen atau BT, kita jangan pernah meninggalkan shalat.
   Sabar terhadap kemaksiatan artinya janganlah kita melakukan kemaksiatan dan selalu berusaha selalu menghindari kemaksiatan karena Allah pasti akan meminta pertanggungjawaban atas maksiat yang telah kita lakukan. Kalian mau ngga diberi siksa oleh Allah? (Gak mau khan??) Karena itu, jangan pernah melakukan dosa, ya!!
   Tahu ngga kalau Allah sering memberi kita kesusahan, misalnya aja ulangan kita mendapat nilai jelek atau kita punya masalah dengan teman kita. Kita harus sabar dengan apa yang kita alami karena dibalik segala kesulitan, kita akan merasakan kemudahan dan pasti ada hikmah di setiap kejadian yang kita hadapi. (Bener ngga, adik-adik?)
   Udah dulu , ya ceritanya. Ada yang mau bertanya???

Description: KRITERIA SEORANG ANAK MUSLIM Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: KRITERIA SEORANG ANAK MUSLIM
More aboutKRITERIA SEORANG ANAK MUSLIM

Doa Yang Selalu Dikabulkan

Posted by Unknown on Wednesday, January 26, 2011

Pagi itu, 3 Mei 1998, dari Jakarta, saya diundang mengisi seminar di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Saya duduk di bangku kedua dari depan sambil menunggu kedatangan pembicara lain, Mimin Aminah, yang belum saya kenal. Jam sembilan tepat, panitia menghampiri saya dan memperkenalkan ia yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu merekah. Ia seorang yang bertubuh besar, ramah, dalam balutan gamis biru dan jilbab putih yang cukup panjang. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu tegas dalam pandangan saya dua kruk (tongkat penyangga yang dikenakannya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi kaos kaki putih. Sesaat batin saya hening, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.

Saat acara seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya bahagia karena para peserta tampak antusias. Begitu juga ketika giliran Mimin tiba. Semua memperhatikan de-ngan seksama apa yang disampaikannya. Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorika yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya akurat.

Saya tengah memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Mimin berkata dengan nada datar. “Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup saya.”



Ia tersenyum. “Saya lahir dalam keadaan seperti ini. Mungkin banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian, tetapi sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Allah. Saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Allah,” Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum. “Ya, agar mereka ingat Allah saat menatap saya. Itu saja.”

Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan bisa kuliah. “Saya kuliah di Fakultas Psikologi,” katanya seraya menambahkan bahwa teman-teman pria dan wanita di Universitas Islam Bandung—tempat kuliahnya itu—senantiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila kuliah diadakan di lantai dua atau tiga. Bahkan mereka hafal jam datang serta jam mata kuliah yang diikutinya. “Di antara mereka ada yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang menunggu di atas,” kenangnya.

Dan civitas academica yang lain? Menurut Mimin ia sering mendengar orang menyebut-nyebut nama Allah saat menatapnya. “Mereka berkata: Ya Allah, bisa juga ya dia kuliah,” senyumnya mengembang lagi. “Saya bahagia karena mereka menyebut nama Allah. Bahkan ketika saya berhasil menamatkan kuliah, keluarga, kerabat atau teman kembali memuji Allah. Alhamdulillah, Allah memang Maha Besar. Begitu kata mereka.”

Muslimah bersahaja kelahiran tahun 1966 ini juga berkata bahwa ia tak pernah bermimpi akan ada lelaki yang mau mempersuntingnya. “Kita tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh…, apalagi seorang yang cacat seperti saya. Ya tawakal saja.”

Makanya semua geger, ketika tahun 1993 ada seorang lelaki yang saleh, mapan dan normal melamarnya. “Dan lagi-lagi saat walimah, saya dengar banyak orang menyebut-nyebut nama Allah dengan takjub. Allah itu maha kuasa, ya. Maha adil! Masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya,” ujarnya penuh syukur.

Saya memandang Mimin dalam. Menyelami batinnya dengan mata mengembun.

“Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang yang tak mengenal saya, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan asma Allah. Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar saya tidak ke bidan, melainkan ke dokter untuk operasi. Bagaimana pun saat seorang ibu melahirkan otot-otot panggul dan kaki sangat berperan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin bila Allah berkehendak semua akan menjadi mudah. Dan Alhamdulillah, saya melahirkan lancar dibantu bidan,” pipi Mimin memerah kembali. “Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar, Allah memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang.”

Hening. Ia terdiam agak lama.

Mata saya basah, menyelami batin Mimin. Tiba-tiba saya merasa syukur saya teramat dangkal dibandingkan nikmatNya selama ini. Rasa malu menyergap seluruh keberadaan saya. Saya belum apa-apa. Yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa.

Astaghfirullah. Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya duduk sebagai pembicara sekarang, dan pertamakalinya selama hidup saya, saya menahan airmata di atas podium. Bisakah orang ingat pada Allah saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Mimin?

Saat seminar usai dan Mimin dibantu turun dari panggung, pandangan saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menghambur ke pelukannya. Wajah teduh Mimin tersenyum bahagia, sementara telapak tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya seperti melihat anak saya, yang selalu bisa saya gendong kapan saya suka. Ya, Allah betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku.

Ketika Mimin pamit seraya merangkul saya dengan erat dan berkata betapa dia men-cintai saya karena Allah, seperti ada suara menggema di seluruh rongga jiwa saya. “Subhanallah, Maha besar Engkau ya Robbi, yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemukan dengan hambaMu ini. Kekalkanlah persaudaraan kami di Sabilillah. Selamanya. Amin.”

Mimin benar. Memandangnya, saya pun ingat padaNya. Dan cinta saya pada Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin mengkristal.


(HTR, dari: Pelangi Nurani, Penerbit Syaamil, 2000) Description: Doa Yang Selalu Dikabulkan Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Doa Yang Selalu Dikabulkan
More aboutDoa Yang Selalu Dikabulkan

Sepotong Cinta

Posted by Unknown

"Pakabar, Cinta?”

Ini adalah pertanyaan yang selalu saya dengar ba’da salam, setiap kali saya berjumpa dengan Maimon Herawati, muslimah kelahiran Padang yang merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai Redaktur Majalah Wanita Islam “Ummi”. Kata ini adalah kata yang sangat sederhana, namun membuncah perasaan saya setiap mendengarnya.

“Ada yang bisa saya bantu?”

Dan ini adalah sapa kedua ba’da salam yang selalu saya dengar dari rekan kerja saya, Ifa Avianty. Memandang wajahnya saya selalu merasa ringan, seakan puluhan orang mengulurkan tangannya dan siap mendekap saya.

“Apa pun yang kamu perlukan,” kalimat ini merupakan terjemahan dari senyum dan anggukan tulus teman saya, Meutia Geumala, setiap kali saya datang padanya.

Tetapi tak ada kata yang terucap ba’da salam, dan hanya keheningan sesaat, setiap kali saya bertemu dengan Nurul Hidayati, seorang muslimah biasa, yang banyak membagi makna kehidupan dalam cahaya Islam kepada saya. Mata dan hati kami yang bicara, dan kedua matanya yang jeli akan berkaca-kaca. Sedang saya selalu menangis, tanpa sepatah kata pun. Lalu orang-orang sekeliling kami akan menatap tak mengerti.

Setiap kali bertemu seseorang saudara di sabilillah, kau akan menyadari, betapa mereka berarti dan meninggalkan jejaknya dalam di hatimu, walau jarak dan waktu membentang. Maka, tinggalkanlah juga jejakmu di hati saudara fillah yang kau cintai. Dan kau tak akan merugi sedikitpun.


(HTR, dari: Pelangi Nurani, Penerbit Syaamil, 2000) Description: Sepotong Cinta Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Sepotong Cinta
More aboutSepotong Cinta

earn with linkfromblog

Posted by Unknown on Tuesday, January 25, 2011

Link from blog.com is the service created fo bloggers where they can find a lot of good opportunities of learning money just for writing posts in their blogs

<img border="0" width="1" height="1" alt="Advertise with my Blog" src="http://linkfromblog.com/img.001.006005.gif"/>


<a href="http://linkfromblog.com/#5457"><img border="0" alt="Buy blog reviews" src="http://linkfromblog.com/img.002.006005.jpg"/></a> Description: earn with linkfromblog Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: earn with linkfromblog
More aboutearn with linkfromblog

Kekuatan Cinta

Posted by Unknown on Monday, January 24, 2011

eramuslim - Entah kenapa tiba-tiba saya menekan salah satu tombol ponsel sehingga keluar sebuah nama seorang sahabat yang sudah sekian pekan tak bersua, juga tak saling berkabar. Ada gerakan yang tanpa menunggu instruksi untuk kemudian menekan tombol "yes" untuk memanggil nama tersebut. Setelah sekian lama bercuap, tertawa dan melepas rindu, kami berjanji untuk bertemu keesokan harinya.

Apa yang kita pikirkan kadang jauh meleset dari kenyataan yang sesungguhnya tengah terjadi. Adakalanya sesuatu yang kita anggap berjalan biasa-biasa saja, tanpa sepengetahuan kita ternyata telah terjadi perubahan yang sedemikian cepat karena berjalan tidak biasa, atau bahkan luar biasa. Suatu hal sering kali kita anggap remeh dan bukan hal penting untuk dilakukan, seperti menelepon seorang sahabat, misalnya. Namun ternyata, kita sering terperangah saat sadar kekuatan dari yang kita anggap ‘hal biasa’ itu.

"Jangan lupa bawa isteri dan anakmu ya ..." satu kalimat menutup pembicaraan kami.

Sampai hari ketika kami bertemu, saya masih menganggap semuanya berlangsung biasa saja. Sahabat saya tetap masih seperti dulu dengan potongan rambutnya sedikit menjuntai di bagian depan, mata sayunya yang terlihat mengantuk dan juga kaos lengan panjang yang menjadi ciri khas penampilannya. Begitu pula isterinya, seorang wanita sederhana bersahaja yang sangat menghormati suaminya.

Tapi, sepuluh menit kemudian semuanya baru terungkap. Ya, yang selama ini saya anggap berlangsung apa adanya dan biasa-biasa saja terbantahkan. Sahabat saya mengaku, kalau saja saya tak meneleponnya pagi itu untuk berjanji bertemu, mungkin akan lain ceritanya. Ia, lanjutnya, pagi itu bersama isterinya tengah dalam perjalanan menuju Kantor Urusan Agama (KUA) untuk mengurus perceraian mereka. Mereka menganggap pernikahan yang sudah dijalani selama hampir empat tahun tak perlu dipertahankan lagi. Terlalu banyak perbedaan dan perselisihan yang terjadi selama mengarungi bahtera rumah tangga, demikian seterusnya.

Dan, lagi-lagi menurutnya, telepon dari saya membuat mereka membatalkan rencana perceraian dan kembali ke rumah. Satu alasan hingga keputusan itu begitu cepat diambil adalah ucapan saya, "jangan lupa bawa isteri dan anakmu ya ..."

Mereka saling celingukan sesaat sebelum akhirnya sepakat menunda rencana perceraian demi menghormati pertemuan dengan saya. Maklum mereka merasa mendapatkan satu harapan saat akan bertemu dengan saya, mengingat pertemuan mereka hingga ke jenjang pernikahan pun di-rekayasa oleh saya. Saya lah yang memperkenalkan mereka berdua.

Sekali lagi. Tak ada yang bakal menyangka bahwa satu tindakan sederhana, apakah itu silaturahim untuk saling berkunjung, atau sekadar menelepon sahabat yang lama tak kita dengar kabarnya, mungkin bisa menyelamatkan mereka dari kehancuran, apa pun itu. Setidaknya, hingga hari ini pernikahan sahabat saya itu masih bertahan.

Seperti juga ketika dua pekan lalu, tanpa memberi tahu, tanpa konfirmasi, serombongan sahabat-sahabat saya lengkap dengan isteri dan anak-anak mereka tiba-tiba datang ke rumah saya. Sebuah kejutan silaturahim yang tak pernah saya bayangkan, betapa kami masih memiliki cinta yang dengan cinta itu semakin menguatkan ikatan persaudaraan.

Percayakah Anda dengan kekuatan cinta itu? Cobalah, jika bukan Anda, sahabat Anda yang akan merasainya. Wallaahu 'a'lam.


Bayu Gautama
bayugautama@yahoo.com Description: Kekuatan Cinta Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Kekuatan Cinta
More aboutKekuatan Cinta

Tiada Kata Kalah Sebelum Nyata di Depan Mata!

Posted by Unknown

eramuslim - Dua laki-laki anak beranak bertampang keren itu menyeringai jahil, tampak cerdik dan penuh percaya diri. Mereka memang pantas untuk itu. Tiga tantangan sebelumnya telah mereka lalui dengan mulus dan sempurna. Bahkan mereka memenangkan babak bonus berupa liburan keluarga selama satu minggu. Dan kini, di babak final, hadiah utama telah menunggu. Keduanya merasakan bahwa kemenangan itu sudah dalam genggaman mereka. Tinggal selangkah lagi. "Kami laki-laki! Kami kuat, kami gesit, kami kompak dan kami cerdik. Kami akan memberikan patokan yang sangat baik dan membuat lawan kami tertekan hingga tak dapat mengejarnya. KAMI AKAN MENANG!"

Dua perempuan anak beranak yang menjadi lawannya tak berkata apa-apa. Raut wajah cemas nyata sekali membayang di mereka. Tapi mereka tahu, mereka tak mungkin menghindar atau mundur. Betapapun, tantangan ini harus tetap mereka hadapi. Mereka senang karena tidak mendapat giliran pertama, meski itu sekaligus dapat berarti mereka akan merasa tertekan mendapati hasil yang dibukukan pria ganteng dan cowok kecilnya itu.



Ini adalah kompetisi final, memperebutkan hadiah utama senilai hampir setengah milyar dari sebuah reality show produk Amerika yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta. Dan jauh tinggi di atas permukaan laut, empat tabung kaca yang digantung membujur telah menunggu. Para peserta harus merangkak di dalam tabung itu, kemudian pindah ke tabung berikutnya menggunakan alat bantu yang disediakan. Dari tabung pertama ke kedua, mereka harus berayun menggunakan tali layaknya Tarzan. Dari tabung kedua ke ketiga, mereka harus meniti tangga terbalik dengan mengayunkan tangan dari satu anak tangga ke anak tangga berikutnya. Kemudian mereka harus mencapai tabung empat dengan berayun menggunakan ayunan sebatang kayu yang diikat dengan tali layaknya pemain sirkus beraksi. Terakhir, mereka harus terjun ke laut dan berenang menuju perahu karet dan mencabut bendera yang diletakkan di sana.

Pertandingan pun dimulai. Pria atletis berusia tengah tiga puluhan itu memberikan instruksi-instruksi dan motivasi mental kepada anak lelakinya yang berusia 10 tahun. Mereka benar-benar memiliki strategi matang untuk menyelesaikan tantangan itu. Benar saja! Si anak yang mendapat giliran pertama bergerak secepat kilat bahkan meluncur dalam tabung, melewati tali, tangga dan ayunan dengan sempurna dan akhirnya terjun dan berenang menuju perahu karet. Dia berhasil!!! Bapaknya pun menyusul dengan tak kalah cepat. Dan akhirnya, mereka menyelesaikan tantangan itu dalam perolehan waktu yang fantastis, dan sempurna tanpa cacat. Dua menit dua puluh satu detik!!!

Menyaksikan bagaimana lawan mereka beraksi benar-benar membuat si ibu dan gadis kecil sebelas tahun-nya jiper. Mereka benar-benar shock. "Saya hanya ingin menyelesaikan dan melewati tantangan ini," kata sang ibu. Dan si gadis kecil hanya menjawab "Yeaah" dengan suara lemah ketika sang pembawa acara menyemangatinya. Wajahnya tampak hendak menangis, sampai-sampai si pembawa acara harus berkali-kali mengeluarkan kalimat-kalimat dukungan hingga ledekan karena si kecil tampak betul-betul sudah hopeless. Mereka kalah sebelum bertanding. Betapa menyedihkan! Bahkan, ketika ibu dan anak itu sudah di atas sana, si gadis kecil benar-benar menangis. Dia sangat ketakutan, meski sang ibu sebisa mungkin memotivasinya. Dan si kecil pun memulai aksinya dengan wajah terguyur air mata. Saya menahan napas. Ikut-ikutan tegang!

Tapi lihat! Dia bergerak dengan cepat. Saat menarik tali untuk berayun, O...o, tali itu sempat terlepas kembali. Sungguh membuang-buang waktu. Dia kemudian juga tampak kesulitan meniti tangga terbalik. Tapi si gadis menyelesaikan semua tantangan dengan catatan waktu yang cukup baik. Ibunya pun segera menyusul dengan cepat. Sayang, ketika berayun dengan tali, dia sempat mental kembali. Nyaris saja dia gagal mencapai tabung kedua. Namun dengan susah payah, dia berhasil meraihkan kakinya ke tabung dua. Saya berteriak-teriak menyemangati meski tahu tak akan mengubah apa yang terjadi di layar kaca. Gerakannya meniti tangga terbalik juga diperlamban oleh berat badannya, dan waktu kembali terbuang saat tali yang digunakan untuk menarik ayunan terlepas dari tangannya. Tapi si ibu terus bergerak. Cepat sekali. Dia mengerahkan kekuatannya saat-saat terakhir berenang menuju perahu karet. Dan mereka berhasil! Setelah upaya yang demikian keras dan membuat kesalahan beberapa kali hingga nyaris gagal, dua perempuan itu menyelesaikan tantangan final tersebut. S-e-p-u-l-u-h detik lebih cepat dari si bapak keren dengan anak lelakinya! Saya berteriak histeris atas kemenangan mereka. Benar-benar fantastis. Luar biasa!


***


Berapa sering saya merasa gagal? Dan, lebih buruk lagi, berapa sering saya merasa gagal bahkan sebelum bertanding? Berapa sering saya merasa kalah bahkan sebelum memulai? Sering! Teramat sering! Dan intensitas itu diperparah dengan data pengalaman masa lalu yang tersimpan di memori saya: Berkali-kali saya gagal dalam seluruh bidang kehidupan saya. Kegagalan-kegalan yang membuat saya teramat sering bersedih, pedih, dan hancur saat evaluasi karena menyadari semua kegagalan itu adalah karena kenaifan saya yang hanya berbekal semangat dan ketulusan namun sering kali kurang sadar atas kondisi realitas dan kurang mengukur kapasitas diri.

Dan semua pengalaman itu, akhirnya membuat saya ragu untuk mencoba lagi, takut, tidak percaya diri dan gamang. Dan akhirnya membentuk pemikiran saya untuk selalu melakukan sesuatu tanpa berharap banyak, dan lebih banyak mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Lebih banyak berpikir tetang kondisi realitas yang saya miliki dan kira-kira seberapa besar prosentase saya untuk berhasil. Membuat saya kalah sebelum memulai! Dan seringkali mundur sebelum mencoba.

Namun tayangan televisi tadi menunjukkan, berbekal semangat dan ketulusan pun tidaklah selamanya naif. Bisa jadi semangat dan ketulusan akan menjadi kekuatan yang tak terlihat. Bisa jadi semangat dan ketulusan akan mampu mencuatkan pontesi terpendam, dan memberikan energi luar biasa untuk mengalahkan sebuah tantangan.

Sesungguhnya kekalahan tidak pernah benar-benar terjadi sampai detik terakhir Allah menunjukkan takdir-Nya. Sesungguhnya kegagalan tidak akan pernah benar-benar terwujud sampai nyata di depan mata. Sesungguhnya, setiap kemungkinan dalam sebuah pertarungan hidup -gagal atau berhasil- selalu tercipta meski hanya sepersekian detik ke depan. Semua itu mengajarkan pada saya, bahwa sesungguhnya saya pun mampu. Saya bisa! Saya hanya harus terus bernapas, terus berusaha dan tak berhenti hanya karena merasa sudah terlambat. Hanya karena merasa sudah kalah. Hanya karena merasa sudah gagal. Hanya karena merasa sudah tidak ada harapan.

Apapun kondisinya, saya hanya harus terus berusaha dan menjalani prosesnya, sesakit apa pun itu, sesedikit apa pun kesempatannya. Tak lebih dan tak kurang. Dan pada akhirnya, saya tahu, bahwa sebagaimana kompetisi ibu-anak dan bapak-anak tadi hanya sebuah permainan, hidup ini pun hanyalah sebuah permainan. Tak perlu bersedih jika gagal, karena sesungguhnya, saya akan tetap menjadi pemenang selama saya menjalani prosesnya dengan benar!


Azimah Rahayu
(@azi, 27des bakda subuh: Spesial untuk diri sendiri dan semua yang pernah gagal di dunia ini) Description: Tiada Kata Kalah Sebelum Nyata di Depan Mata! Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Tiada Kata Kalah Sebelum Nyata di Depan Mata!
More aboutTiada Kata Kalah Sebelum Nyata di Depan Mata!

Aku Punya Papa yang Tak Pernah Korupsi

Posted by Unknown on Saturday, January 22, 2011

Puluhan tahun bekerja di Pertamina dengan jabatan yang sangat "basah" sebenarnya membuka peluang yang sangat besar bagi ayah saya untuk lebih mensejahterakan anak istrinya dengan uang korupsi. Saya pikir-pikir, kalau ayah saya mau korupsi, paling tidak bisa mengirim saya dan adik saya sekolah ke luar negeri, bisa beli rumah yang lebih megah di kawasan yang lebih elit, bisa membelikan kami anak-anaknya masing-masing sebuah mobil keluaran terbaru, bisa mengajak kami sekeluarga berlibur keliling dunia, bisa membelikan ibu saya perhiasan berlian dan baju-baju yang mahal seperti yang dilakukan oleh teman-temannya yang lain.

Tapi ayah saya memilih untuk...
hanya memberikan uang gajinya berikut bonus-bonus perusahaan untuk kehidupan keluarganya. Ayah saya memilih untuk hidup jujur dan menghindari korupsi. Kalau saya tanya, "Kenapa sih Papa gak mau korupsi? Kalau Papa korupsi tentunya aku bisa punya mobil sendiri seperti Jeanne temanku itu...." Ayah saya cuma berujar pendek, "Buat apa kaya tapi tiap malam tidur tidak bisa nyenyak..."

Ibu saya pun Alhamdulillah tidak pernah merongrong suaminya untuk memberikan lebih dari apa yang sudah menjadi hak suaminya. Ibu saya mengajarkan kepada kami semua bahwa sudah seharusnya kami semua bangga punya Papa yang tetap jujur dan memiliki integritas yang tinggi, tidak goyah dengan iming-iming materi untuk meloloskan satu-dua proyek yang nilainya jutaan dollar. Dan sudah sewajarnya keluarganya mendukung untuk tidak "memaksa" Papa mencari kelebihan materi melalui usaha-usaha yang merugikan orang lain.

Ayah saya yang sudah lebih 35 tahun bekerja di Pertamina, di hari tuanya ini hanya memiliki sebuah rumah yang sudah bocor di sana-sini menanti bertahun-tahun untuk diperbaiki, sebuah mobil bekas yang dirawat Papa dengan penuh hati-hati sebab katanya Papa tidak punya uang lebih kalau harus mengganti mobil yang lebih baru dan seorang istri yang tak pernah iri bila dalam arisan teman-temannya memamerkan berlian semilyar rupiah atau tas kulit merek terkenal berharga jutaan rupiah sementara dirinya cuma pakai tas beli di Mangga Dua dan perhiasan emas yang dibelinya di toko emas di pasar dekat rumah.

Tapi saya tahu ayah saya selalu menatap rekan kerjanya dengan kepala tegak, bicara dengan team Pemeriksa Keuangan dengan suara mantap, menyergah atasannya dengan tegas, karena memang ia tak pernah sepeser pun "mencuri" uang rakyat dengan praktek korupsi.

Saya sangat bangga dengan ayah saya yang sebentar lagi akan memasuki masa pensiun dengan nama bersih tanpa cela, disegani dan dihargai oleh semua rekan kerjanya karena tidak pernah sekalipun terlibat korupsi.

Dulu, sewaktu kecil setiap teman-teman saya memamerkan pakaian mahal terbaru, mainan mahal terbaru atau perhiasan mahal terbaru dan setengah mengejek berkata, "Kamu punya apa, Fer?"

Saya bisa menjawab pasti, "Aku punya Papa yang tak pernah korupsi."

Sumber: Aku Punya Papa yang Tak Pernah Korupsi oleh Ferona Yulia yang dimuat di milis wanita muslimah Description: Aku Punya Papa yang Tak Pernah Korupsi Rating: 4.5 Reviewer: Unknown - ItemReviewed: Aku Punya Papa yang Tak Pernah Korupsi
More aboutAku Punya Papa yang Tak Pernah Korupsi